PENYAKIT YANG SERING TERJADI SAAT MELAKUKAN
PENDAKIAN
Aktivitas mendaki gunung menyajikan olahraga sekaligus refresing
yang menantang. Hal ini karena dilakukan di alam bebas, jauh dari teknologi
perkotaan, juga tantangan alam seperti cuaca, kelembaban, dinginnya udara, dsb.
Selain itu kita harus memperhatikan penyakit yang sering menyerang para
pendaki. Penyakit yang sering terjadi di gunung ini dapat menyerang bagi beberapa
pendaki dan sangat beresiko tinggi mau pun sedang
Nah,
beberapa kasus dari sekian banyaknya pendaki adalah KEMATIAN :v. Jangan pernah
melakukan pendakian dengan menyepelehkan keselamatan dengan alasan “Modal Nekat!”..
Untuk itu
kami akan membahas tentang Penyakit yang sering kali menyerang para pendaki dan
cara menanganinya
Heat Cramps (Kram Karena Panas)
Heat cramps (kram karena panas) adalah kram/kejang otot yang
hebat akibat dari keringan berlebihan, terjadi selama melakukan aktivitas pada
cuaca yang sangat panas. Kram ini disebabkan oleh banyak kehilangan cairan dan
garam (termasuk natrium, kalium, dan magnesium) dalam tubuh akibat keringat
berlebih. Keringat berlebih itu sendiri sering terjadi ketika melakukan
aktivitas fisik yang berat. Apabila tidak segera ditangani, kram ini dapat
menyebabkan cedera otot serius dan juga penyakit lain seperti heat exhaustion
(kelelahan karena panas).
Gejala yang muncul antara lain:
·
Kram yang tiba - tiba, biasanya timbul di jari kaki, tangan,
betis, pundak, dan kaki.
·
Otot mengeras, tegang, otot sulit untuk dikendurkan, dan
digerakkan.
·
Kram menimbulkan rasa sangat nyeri.
Tindakan penanganan:
·
Penderita perlu istirahat sejenak untuk memulihkan/melemaskan
kondisi otot.
·
Membebaskan bagian yang kram dari adanya pembebanan.
·
Mengkonsumsi minuman/makanan yang mengandung garam.
Heat Exhaustion (Kelelahan Karena Panas)
Heat Exhaustion atau kelelahan karena panas adalah keadaan yang
terjadi karena terpapar/terkena panas selama berjam-jam sehingga banyak
kehilangan cairan tubuh akibat mengeluarkan banyak keringat. Banyaknya cairan
tubuh yang keluar menimbulkan kelelahan, tekanan darah rendah bahkan hingga
pingsan/tidak sadarkan diri. Apabila kelelahan ini tidak segera diatas maka
dapat menimbulkan penyakit yang lebih serius yaitu heat stroke.
Gejala yang muncul antara lain:
·
Tubuh kelelahan dan lemas.
·
Rasa kecemasan yang meningkat.
·
Badan basah karena berkeringat.
·
Saat berdiri penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul
di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas.
·
Denyut jantung menjadi lambat dan lemah.
·
Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab.
·
Penderita menjadi linglung / bingung terkadang pingsan.
Tindakan
Penanganan:
·
Beristirahat di daerah yang teduh, usahakan posisi istirahat
berbaring atau datar.
·
Meminum minuman yang mengandung elektrolit.
·
Apabila pingsan, lakulan pertolongan pertama pada orang pingsan.
Heat Stroke (Stroke Karena Panas)
Heat Stroke merupakan suatu keadaan yang dapat berakibat fatal.
Heat stroke terjadi karena terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana
penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu
tubuhnya. Heat Stroke dapat menyebabkan kerusakan permanen atau kematian. Suhu
yang mencapai 39-41° celsius adalah masalah yang sangat serius, 1 derajat di
atasnya sering kali berakibat fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam yang
terjadi misalnya otak dapat melambat bekerja hingga bahkan berhenti bekerja dan
sering berakhir dengan kematian.
Gejala yang muncul antara lain:
·
Sakit kepala atau pusing.
·
Perasaan berputar atau vertigo.
·
Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya kering.
·
Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit
(dimana normalnya adalah 60-100 kali/menit).
·
Laju pernafasan biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang
berubah.
·
Suhu tubuh meningkat, bahkan dapat mencapai 40° - 41° celsius,
menyebabkan perasaan seperti terbakar.
·
Penderita dapat mengalami disorientasi (bingung) dan bisa
mengalami penurunan kesadaran atau kejang.
Tindakan
Penanganan:
·
Pindahkan korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh
baju luarnya.
·
Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan
agar selimut tetap basah. Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 38° celcius.
·
Saat temperatur mencapai kira-kira 38° celcius, ganti selimut
basah dengan yang kering, lanjutkan perawatan pada korban secara hati-hati.
4. Mountain Sickness (Penyakit Gunung)
Mountain sickness adalah penyakit gunung yang disebabkan salah
satunya karena adanya penurunan kadar oksigen di dalam darah karena berada di
ketinggian tertentu. Kita tahu bahwa semakin tinggi maka kadar oksigen di udara
akan semakin berkurang. Faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit gunung ini
adalah kurangnya aklimatisasi (proses penyesuaian diri pada dua kondisi
lingkungan yang berbeda) dan pergerakan mencapai ketinggian tertentu yang
terlalu cepat.
Gejala
yang muncul antara lain:
·
Kepala pusing.
·
Napas sesak.
·
Tidak nafsu makan.
·
Mual dan terkadang muntah.
·
Badan terasa lemas, lesu, malas.
·
Jantung berdenyut lebih cepat.
·
Penderita kesulitan tidur.
·
Muka nampak pucat.
·
Kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.
Tindakan
Penanganan:
·
Memberikan gas oksigen kepada penderita atau mengatur pola
pernapasan.
·
Beristirahat yang cukup, pada umumnya gejala ini akan hilang
dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 sampai dengan 48 jam.
·
Jika kondisi tidak membaik maka harus menurunkan penderita dari
ketinggian tersebut, sekitar 500 sampai dengan 600 meter.
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana kondisi tubuh tidak dapat
menghasilkan panas yang disertai dengan menurunnya suhu inti tubuh di bawah
35°C. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya: cuaca yang ekstrim
(dingin, berangin, atau badai), bawaan pakaian yang tidak cukup sehingga
terpaksa mengenakan pakaian basah, kurangnya makanan yang mengandung kalori
tinggi.
Gejala yang muncul antara lain:
·
Tubuh kedinginan, lemas, kaku dan menggigil.
·
Muka pucat dan kulit kering.
·
Bingung, sikap seakan tidak wajar.
·
Jatuh kesadaran/pingsan.
·
Napas pelan dan pendek.
·
Denyut nadi yang pelan dan melemah.
Gejala Apabila Dilihat
dari Suhunya:
·
37°C: Adalah suhu normal orang pada umumnya.
·
36°C - 35°C: Menggigil dengan disertai bulu yang berdiri, namun
masih terkendali atau dapat diatur. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban
dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
·
35°C: Menggigil hingga tidak terkendali.
·
35°C - 33°C: Pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai
kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan untuk
keras).
·
33°C: Tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah
mulai menurun.
·
32°C - 29°C: Menggigil berhenti. Kebingungan meningkat, meracau,
ingatan hilang, gerakan seakan tersentak-sentak, bola mata mulai membesar.
·
29°C - 28°C: Otot menjadi kaku, bola mata membesar, denyut nadi
melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh
membiru/memutih, tingkah laku kacau, menuju ke arah tidak sadar.
·
27°C: Pingsan dan bola mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya,
kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meningal.
·
26°C: Koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai menurun dengan
cepat sekali.
·
20°C: Denyut jantung berhenti.
Tindakan Penanganan:
·
Jangan biarkan orang yang terkena hipotermia tertidur,
karena hal ini dapat membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak mampu lagi
menggangatkan badannya sendiri. Menggigil sebenarnya adalah usaha secara
biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan untuk tidak tidur.
·
Berilah minuman hangat dan manis kepada penderita hipotermia.
·
Bila baju yang dipakai basah segera mungkin gantilah dengan baju
yang kering.
·
Usahakan untuk mencari tempat yang aman dari hembusan angin,
misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
·
Jangan membaringkan penderita di tanah secara langsung dan
usahakan agar memakai alas kering dan hangat (seperti, matras/aluminium
foil) .
·
Masukkan penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong
tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu. Umumnya saat memasukkan penderita
ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan penderita
sulit menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
·
Letakkan botol atau kantong yang diisi dengan air hangat ke
dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur.
·
Bila kantong tidur cukup lebar, maka panas badan orang yang
masih sehat dapat membantu penderita secara langsung, yaitu dengan tidur
berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalau mungkin, dua orang masih sehat
masuk ke dalam kantong tidur rangkap dua, kemudian si penderita di selipkan di
tengah tengahnya.
·
Apabila memungkinkan buatlah perapian di kedua sisi penderita.
·
Segera setelah penderita sadar berikanlah makanan dan minuman
manis atau hangat, karena hidrat arang merupakan bahan bakar yang cepat sekali
menghasilan panas dan energi. Makanan yang dikenal efektif mengatasi hipotermia
salah satunya yaitu bawang putih, karena dapat menghangatkan dari dalam
seseorang.
Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan
tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal
dapat berakibat koma, bahkan dapat berujung kematian. Namun, bila sudah terbiasa
beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kembali ke kondisi
normal. Efek hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah
menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari, kecepatan bernapas paru-paru
juga akan meningkat karena berusaha memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya.
Apabila keadaan lebih tinggi lagi, maka dapat dijumpai gejala-gejala seperti:
rasa mengantuk, kelesuan, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang -
kadang euforia atau rasa nyaman yang semu. Gejala yang paling nampak dominan
adalah sakit kepala. Jika hipoksia berlebihan maka akan membuat kejang,
mengakibatkan koma dan mati rasa. Selain itu pertimbangan daya tanggap terhadap
lingkungan menjadi berkurang sehingga menyebabkan kurangnya kontrol terhadap
gerakan motorik. Hal tersebut memberikan dampak kemungkinan kecelakaan yang
jauh lebih besar.
Tingkat Penyakit Hipoksia:
·
Hipoksia Fulminan, dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat.
Paru-paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih dan oksigen. Sering ditemui
kasus dalam waktu beberapa menit akan jatuh pingsan.
·
Hipoksia Akut, dimana terjadi pada udara yang tertutup akibat
keracunan karbon monoksida atau gas lain. Misalnya, seorang pendaki gunung
tiba-tiba panik ketika gas belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan
oleh gas beracun, dan paru-paru tidak mampu menghirup udara bersih, sehingga
pendaki dapat mendadak pingsan.
Dampak dari Hipoksia
adalah:
·
Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi.
·
Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis (warna
kulit membiru).
·
Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya
·
Tubuh berkeringat dingin.
Hipoksia yang berlanjut dapat mengakibatkan
ketidaksadaran/pingsan, koma dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada
ketinggian dan kondisi pendaki. Proses hipoksia timbul secara perlahan.
Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian,
sesampainya di rumah tubuhnya tidak dapat menerima perubahan suhu. Hipoksia
yang terjadi agak lama, tentu saja akan mengganggu proses pernapasan yang
dilakukan paru-paru. Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki
gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan dan gangguan
sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya
tahan tubuh. Dianjurkan sebelum mendaki gunung, seseorang diharapkan periksa
keadaan dan kesehatan diri.
Frostbite
Frostbite dikenal juga dengan radang dingin dimana jaringan sel
di dalam tubuh menjadi rusak karena terjadi pembekuan. Cuaca dingin membuat
cairan sel diantara kulit dan kapiler membeku dan menjadi rusak karena
pembekuan dan menyebabkan aliran menjadi tidak lancar. Apabila terdapat
bagian-bagian yang tidak teraliri darah lebih dari 15 menit akan menimbulkan
gangrene (pembusukan), sehingga harus di amputasi. Frostbite biasanya dapat
timbul saat temperatur kulit yang berada di bawah 10°C.
Gejala yang muncul antara lain:
·
Kulit atau tubuh mengeras, padat, putih keabu - abuan.
·
Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas ke otot dan
selanjutnya ke tulang.
·
Bagian yang terkena frostbite terasa dingin bahkan mati rasa.
Tindakan Penanganan:
·
Membungkus bagian yang terkena dengan bahan yang kering dan
tahan air (water crous).
·
Memasukkan penderita ke dalam tenda, lalu masukkan bagian yang
membeku ke dalam air hangat yang bersuhu 30°C.
·
Apabila telah meluas, jalan satu - satunya adalah
dipotong/amputasi.
Persiapkanlah
dengan matang sebelum melakukan pendakian agar terhindar dari bahaya..
Sekian dan
semoga bermanfaat! :v
Salam
Lestari!